Text
Santri Istimewa
Alif terjaga di pesawat menuju Jakarta.
Kursi bussines class yang dia duduki bersama sang Ayah memang sangat nyaman. Membuat siapa pun bisa tidur nyaman di atasnya. Meski sang Ayah terlelap, kalimat wejangan Kiai Ahmad masih saja masih saja berputar-putar di benaknya. Ia bingung memaknainya.
Puluhan menit berlalu, hingga tak terasa kalimat itu membuat Alif tertidur. Namun, masih saja kalimat tersebut ‘mengganggu’ Alif dalam tidurnya.
Alif bertemu Kiai Ahmad dalam mimpinya.
Bocah itu bingung siapa yang ia hadapi. Kiai Ahmad mengucapkan sebuah kalimat, kalimat yang sama persis dinyatakan sang Ayah sebagai mantra ajaib dalam hidupnya, kalimat yang membuat ayahnya menangis tiap kali mengucapkannya.
“Bondho, bahu, pikir, lek perlu sak nyawane pisan.”
Dan, bagaikan mukjizat, Alif langsung memahami isi dan makna dari wejangan Kiai Ahmad. Ia bertekad untuk mengingat dan mengamalkannya dalam kehidupan.
Agar ia menjadi ‘santri istimewa’, seperti ayahnya.
…
Kiranya demikianlah cuplikan kisah yang disajikan dalam buku Kumpulan Cerpen (Kumcer) “Santri Istimewa” persembahan para santri Warta Mingguan Darussalam Pos, Pondok Modern Darussalam Gontor. Buku setebal 198 halaman ini adalah murni karya santri Gontor. Terdiri dari 13 buah cerpen dan dari 9 penulis berbeda.
Dengan para penulis; Binhadjid, Aji Gema, Izzuddin Al Qossam, Wajdymuna Fillah, Asyam Dhiyaurrahman, Adam Aziz, Ikhlasul Amal, Farhan Fahlevi, dan Tonny Ilham; buku ini layak menjadi vitamin segar untuk menyejukkan kembali pandangan di tengah pekatnya hidup ini. Penyajiannya yang sederhana, kisah-kisah inspiratif dari para santri, dan pesan-pesan moral yang terkandung, membuat buku ini menjadi bacaan wajib bagi setiap santri ataupun para pelajar.
Selain “Santri Istimewa”, buku ini juga menyajikan kisah; “Lonceng yang Berdentang”, “Andai”, “Wawancara Horor”, “Menunggu 1 Muharam”, “Jalan Kehidupan”, “Kejutan Pahit di Pagi Buta”, “Sang Inspirator”, “Maaf”, “Rohan”, “Tak Pudar”, dan “Tanah Damai”.
Dunia pendidikan yang kini tak lagi bersahabat dengan para pelakunya, dikarenakan orientasi yang kian berubah, membuat para orang tua khawatir akan masa depan sang buah hati. Maka, banyak diantara para pelajar tersebut memilih pesantren untuk melanjutkan masa studinya. Dan pilihan ke pesantren, adalah pilihan yang cukup tepat, mengingat notabene pesantren memberlakukan sistem disiplin dan kemandirian yang cukup baik. Sehingga para santri nantinya dapat menjadi ‘manusia’ seutuhnya dan siap menghadapi kehidupan di masa depan.
Maka buku ini menjadi rujukan yang tepat untuk menggambarkan begitu indahnya, uniknya, dan serunya hidup di dunia pesantren.
202201584 | 813 TIM s | My Library (Kesusastraan) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain